Dengan mata telanjang pada langit yang cerah kita dapat melihat benda-benda langit berupa planet, bintang, meteor, pada waktu-waktu tertentu komet, disamping Matahari dan bulan. Pemunculan benda-benda langit dan berbagai fenomena alam lainnya yang berulang secara teratur atau berkala menyebabkan kita mengenal dimensi waktu selanjutnya dimensi waktu itu menjadi penting sekali dalam pengamatan fenomena alam secara umum.
Tempat seseorang mengamati benda langit memberikan gambaran yang bersifat relatif mengenai kedudukan benda itu, karena dengan acuan masing-masing tempat kedudukan itu akan berbeda menurut satu tempat dari tempat yang lain. Dimensi ruang atau tempat juga menjadi penting dalam pengamatan benda langit.
Dilandasi oleh pemahaman mengenai kaitan antara waktu maupun ruang dengan penampakan benda langit, lama kelamaan kita dapat mengetahui bentuk dan gerak rotasi bumi. Jadi untuk menalarkan bentuk dan gerak rotasi bumi cara praktis dan ditunjang oleh bukti-buktinya adalah dengan mengamati letak benda langit pada berbagai waktu dan tempat di bumi.
Kedudukan relatif bulan pada dua tempat di bumi yang sangat berjauhan membuat orang dapat mengukur jaraknya dari bumi. Kedudukan bulan berubah dari waktu ke waktu bila dibandingkan terhadap bintang-bintang, sementara jaraknya hampir tetap, hal itu membuktikan bahwa bulan adalah benda yang bergerak mengedari bumi. Selanjutnya bulan disebut sebagai satelit bumi, berjarak rata-rata sekitar 60 kali jari-jari bumi dan beredar sekali selama 27,3 hari.
Planet sejak dahulu kala dikenal sebagai benda yang tampak berpindah-pindah dan karena itu dijuluki sebagai si Pengembara. Hasil analisis perubahan letak planet yang menunjukkan gerak balik atau retrograde oleh Johanes Kepler telah membuktikan kebenaran teori heliosentris Copernicus. Semua planet dan bumi beredar mengelilingi Matahari pada lintasan orbitnya masing-masing. Kalau menurut Copernicus lintasan orbit itu berbentuk lingkaran, oleh Kepler dibuktikan berbentuk ellips dan Matahari berada pada titik apinya. Bumi dan 8 planet lain bersama Matahari berada dalam satu tatanan dan selanjutnya dikenal sebagai keluarga Tatasurya. Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto adalah nama-nama planet mulai dari yang terdekat sampai yang terjauh ke Matahari. Bumi mempunyai jarak rata-rata 150 juta km ke Matahari dan Pluto sekitar 40 kali lebih jauh lagi. Tatasurya beranggotakan pula komet, asteroid, satelit planet-planet dan benda-benda yang berukuran kecil lainnya.
|
| |
Galaksi Bimasakti | |
Bagian langit yang padat bintang dan tampak semarak di kala langit cerah sekali di Indonesia di kenal dengan sebutan Bimasakti. Hamparan bintang itu keseluruhannya tampak bagaikan ban yang mengelilingi bumi. Dalam era astronomi modern analisis bintang-bintang itu menyebar membuktikan bahwa sekitar 400 ribu juta bintang, termasuk di dalamnya Matahari, berada dalam satu tatanan. Bimasakti adalah suatu pulau bintang dan tatasurya kita berada di dalamnya. Bentuk tatanan itu mirip sekali dengan sebuah cakram yang bergaris tengah 100 ribu tahun cahaya atau 950 ribu trilyun km. Di jaman dahulu orang Yunani menamakan Bimasakti dengan sebutan Galaksi, orang sekarang mengartikan galaksi sebagai suatu tatanan atau pulau bintang.
Di luar galaksi Bimasakti terdapat banyak sekali galaksi lain, berada dalam kelompok-kelompok yang disebut gugus galaksi. Sekitar 18 galaksi yang berada dalam satu gugus dengan Bimasakti disebut Gugus Lokal. Galaksi-galaksi itu ada yang berbentuk spiral, spiral bergaris, ellipsoid, mirip bola dan ada pula yang tidak teratur. Kenyataannya gugus-gugus galaksi itupun cenderung terkelompok-kelompok dalam gugus-gugus besar.
Selain berputar pada porosnya masing-masing, galaksi bergerak saling menjauhi, menunjukkan bawa di jaman dahulu saling berdekatan dan bahwa pada suatu waktu berawal dari suatu gumpalan pada 15 milyar tahun lalu meledak, menyebabkan energi tersebar dan membentuk ruang yang makin lama makin besar, galaksi-galaksi terbentuk dan bergerak karena dorongan tenaga dari pusat ledakan itu sampai sekarang. Teori ledakan itu dikenal dengan sebutan teori Big Bang.
Dengan teknik audiovisual planetarium mengajak penonton mengenali arsitektur alam semesta serta hukum-hukum fisika yang berlaku didalamnya. Nalarnya dapat bebas lepas mengarungi jasad mikro, keluar dari kungkungan hidupnya yang duniawi sekali waktu mungkin nalar itu menembus masuk ke jagad mikro, dunia atom yang sama rumitnya. Pengetahuan mengenai jagad ini bagi banyak penonton sering menimbulkan rasa kagum, merenungkan keterbatasan dan kekerdilan manusia, dan mempertebal keyakinannya kepada kekuasaan Pencipta alam semesta
0 Coment:
Posting Komentar